Jumat, 05 Februari 2010

7 Petunjuk Dasar Tentang Hidup (Yang Tak Pernah Diajarkan di Sekolah)

1. Sesuatu yang tidak mematikan akan membuat kita lebih kuat
Menghadapi banyak tuntutan dan tantangan terkadang merupakan dorongan yang kita perlukan untuk meraih sukses. Yang juga penting adalah, kita tak boleh takut dengan kegagalan, karena ingat, hal itu tak akan membunuh kita, Sonni, 31, distributor perangkat lunak berkata, “Anggap kegagalan sebagai sahabat Anda. Sesudah bekerja bertahun-tahun di perusahaan besar yang memberikan jaminan rasa aman, saya memulai bisnis saya dengan modal seadanya, dan hanya punya sedikit klien. Dalam 2 tahun terakhir ini, saya melewati sederetan gelombang yang naik turun, naik turun. Bahkan oernah mengalami satu kegagalan besar dan hampir bangkrut beberapa kali. Orang tua saya menyuruh saya mencari pekerjaan yang benar karena mereka takut saya gagal.



“Tapi, kalau tidak melalui pengalaman ini, saya tak pernah akan bisa meraih ketrampilan bisnis ini. Kini, saya punya 2 staff dan bisnis berjalan baik. Saya senang, pernah melakukan kesalahan ini di saat usaha masih kecil dan saya baru memulainya, daripada sekarang, ketika usaha mulai mapan, yang berarti akan rugi lebih besar.”

Jadi, jika Anda merasa hidup ini tak akan sulit, jika di meja Anda ada setumpuk kertas, atau jika seorang kolega Anda menusuk dari belakang, jangan bersikap seakan begitulah dunia kerja, suatu usaha besar dengan penghargaan kecil. Lebih baik menganggapnya sebagai suatu pendidikan, Anda sedang meningkatkan ketrampilan Anda dan Anda akan mendapatkan penghargaan yang sebenarnya, berupa kehidupan yang lebih mudah setelah melalui perjalanan sulit ini.

Jangan membesar-besarkan hal ini sehingga Anda merasa jadi korban. Ada perbedaan yang nyata antara mengarungi situasi sulit dan membiarkan diri menjadi keset kaki bagi bos atau kolega-kolega Anda. Ingat, stress dalam dosis yang tepat dan ditangani secara tepat bisa mendatangkan manfaat bagi Anda. Tapi, depresi dalam segala bentuknya, adalah berbahaya. Jika Anda berada pada batas keadaan ini, tempelkan tulisan ini di dinding dan segera minta bantuan profesional.

2. Bekerja dan bersenang-senang bisa dipadukan
Banyak di antara kita yang melaksanakan urusan kerja dan bersenang-senang pada tempat yang terpisah dalam bidang kehidupan kita. Kita menarik satu batas jelas dan meletakkan kotak kerja pada satu area yang serius, profesional, dan tidak bisa bersenang-senang. Lalu kita mendambakan akhir pekan dan waktu sesudah jam kerja untuk mengejar keinginan dan hobi kita.

Tapi, karena kita menghabiskan begitu banyak dari waktu hidup kita untuk bekerja, seharusnya kita memikirkan cara untuk memadukan ketrampilan dengan minat-minat kita. Ahli strategi gaya hidup Ian Hutchinson berkata, “Banyak di antara kita yang memisahkan dunia kerja dengan dunia minat atau hobi kita. Kita memperlakukannya sebagai sesuatu yang sama sekali beda. Tapi, tidaklah akan lebih menyenangkan jika kita bisa memadukan ketrampilan-ketrampilan kita dengan minat-minat kita?

“Jika Anda mengerjakan sesuatu yang Anda sukai, Anda tidak bekerja, tapi lebih sebagai Anda mendapatkan bayaran untuk apa yang Anda senang kerjakan. Dan ini sangat mungkin dilakukan.”

“Ini mungkin merupakan contoh ekstrim, tapi saya pernah punya klien yang menekuni hobi balapnya dengan penuh semangat. Dia juga senang jalan-jalan dan bekerja sebagai pencetak gambar pada T-shirt. Ia bertekad menggabungkan ketiganya dengan tetap mendapatkan biaya hidup. Dia perlu waktu 2 tahun untuk mewujudkannya. Kini, dia bisa bepergian sambil mengikuti lomba balap dan menjual habis produksi T-shirtnya di arena balap yang dikunjunginya.”

“Anda pun bisa menemukan perpaduan yang cocok dengan diri Anda. Semakin Anda bisa memadukan pekerjaan dan minat-minat Anda, Anda akan semakin mencintai pekerjaan Anda dan meraih sukses. Selain itu, Anda juga punya lebih banyak waktu untuk mengerjakan hal-hal yang Anda sukai.”

3. Sering-seringlah berlibur
Anjuran ini mungkin tampak berlawanan dengan etika kerja yang Anda dapatkan. Tapi ada satu fakta sederhana, bahwa tak ada orang yang di saat mendekati ajal akan berkata, “Coba saya menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja.”

Simon, 27, seorang akuntan berkata, “Saya rasa, sering-sering berlibur itu sangat penting. Tidak berarti kita harus jalan-jalan terus ke tempat-tempat mewah. Terkadang, sekedar jalan-jalan ke desa di akhir pekan sudah membuat segar.

“Seorang kolega saya tak pernah berlibur sejak tahun 1985 dan dia selalu membanggakannya. Tapi orang-orang bisa melihat, hidupnya jadi kering. Dia sangat terampil, tapi kerja menjadi rutinitas yang harus dijalaninya setiap hari. Saya hanya punya waktu cuti 15 hari dalam setahun. Tapi saya memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya. Bahkan merencanakannya bertepatan dengan hari libur umum sehingga saya punya lebih banyak waktu.”

Jika Anda tak pernah berlibur dan merasa Anda jadi pahlawan, coba pikirkan lagi. Selain itu, akan lebih baik kita mengambil waktu istirahat singkat sepanjang tahun daripada menikmati satu liburan panjang. Menurut seorang psikolog yang juga pembimbing karier, “Tiga hari sesudah kembali masuk kerja dari berlibur, banyak pekerja yang kembali merasa stres. Dan sesudah 3 minggu, manfaat dari liburan panjang itu lenyap semua. Cuti pendek di sepanjang tahun bisa menghilangkan stres dan mambantu mempertahankan kestabilan motivasi dan produktivitas Anda sepanjang tahun.” Sekarang, terserah Anda mau pilih yang mana.

4. Rasa bersalah hanya buang-buang waktu saja
Kita semua adalah korban rasa bersalah, apakah itu beban dari diri sendiri, atau muncul dari rasa tidak aman kita, atau diperlakukan secara tidak adil oleh sanak keluarga, rekan sekerja, atau teman-teman atau orang lain yang sekedar ingin menyusahkan kita. Sanak keluarga terutama sangat pandai menjatuhkan rasa bersalah pada diri kita, terutama jika usia kita lebih muda. “Tahu tidak, kamu harus lebih sering menjenguk nenek…” atau “Jika kamu tidak masuk fakultas kedokteran, ayahmu pasti akan sangat kecewa dan marah.”

Ya, rasa bersalah melahirkan kebencian. Bukankah lebih sehat jika kita melakukan sesuatu karena kita memang ingin melakukannya, bukan karena terdorong rasa takut yang tidak adil atau merasa malu atau merasa bersalah?

Yang perlu diingat adalah, rasa bersalah berbeda dengan rasa tanggungjawab akan kewajiban. Dalam hidup ini, ada tempat tertentu untuk tanggungjawab kita yang merupakan pendekatan dan sikap yang jauh lebih baik terhadap tindakan-tindakan kita. Jika pergi mengunjungi Nenek atau membeli hadiah untuk teman-teman, atau menanggung beban kerja yang lebih banyak merupakan akibat dari rasa bersalah, akhirnya Anda akan membencinya. Atau terkadang bahkan membenci orang lain atau membenci diri sendiri. Jika Anda merasa rasa bersalah mulai mengikuti Anda, campakkan rasa bersalah itu dan jalan terus.

5. Belajar terus, kalau tak mau tertinggal
Ketika masih sekolah, semua orang bilang kepada kita, bahwa kita harus mendapatkan nilai A dan jalan kita akan jadi mudah. Atau kita perlu mendapatkan gelar atau diploma, lalu kita bisa duduk ongkang-ongkang kaki dan rileks. Artinya, kita hanya perlu mengumpulkan lembaran-lembaran kertas penting itu dan tak perlu belajar lagi.

Tapi, zaman sudah berubah. Sikap seperti itu mungkin relevan dengan zaman orang tua kita. Irama serba cepat zaman millennium baru ini berarti kita berhadapan dengan sejumlah aturan yang sama sekali berbeda. Jadi, jangan pernah menyingkirkan semua buku pelajaran ke gudang, lalu kunci pintu lemari dan sembarangan meletakkan kuncinya. Kita semua perlu terus belajar. Tapi ini tidak berarti kita perlu mengumpulkan setumpuk surat dengan nama kita tercantum di dalamnya. Ahli strategi gaya hidup Ian Hutchinson berkata, mengenai konsep tentang belajar seumur hidup adalah, “Kita tak bisa menganggap, sesudah mendapat gelar universitas, kita lalu bisa menentukan karier kita. Zaman terus berubah dan segala sesuatu terus berubah. Kita perlu mengikuti banyak kursus singkat untuk terus memperbarui pengetahuan kita. Apakah terus mengikuti perkembangan teknologi atau memperdalam ketrampilan di bidang kita.

6. Impian bisa menjadi Kenyataan
Ya, kedengarannya ini merupakan klise yang benar-benar tak asing lagi. Tapi, berapa banyak di antara kita yang mempercayainya? Selama bertahun-tahun, para guru kita atau orang tua kita memaksakan realisme mereka pada diri kita. Anda mungkin pernah mendengar, “Masuk ke bidang itu mungkin sangat kompetitif. Lebih baik kamu mencoba bidang yang lainnya…”; atau “Kamu adalah seniman berbakat, tapi lihat saja, berapa banyak seniman yang harus berjuang keras dan tak pernah punya uang. Lebih baik jadikan itu sebagai hobi saja…”; atau “kamu ingin jadi penulis terkenal? Sudahlah, jangan berkhayal.”

Ya, Anda mungkin berkhayal atau bermimpi, tapi jangan membiarkan orang lain menghancurkan aspirasi Anda. Walaupun mereka sebenarnya bermaksud baik, mereka bersikap negatif bukan karena mereka tak ingin mendorong Anda meraih bintang, tapi karena Anda tak bisa sampai ke sana. Sadari maksud baik mereka, tapi tutup telinga dan jalan terus ke depan. Jika kita tidak punya mimpi-mimpi, kita tak punya apa-apa untuk dikerjakan. Hidup kita hanya akan menjadi suatu rutinitas, bangun, pergi bekerja, dan mengikuti gerak kehidupan masyarakat.

Apakah Anda bermimpi ingin menjadi penyanyi opera, atau tinggal di Tuscany selama setahun, atau memimpin perusahaan Anda sendiri, semua itu bisa tterjadi. Tapi tidak dengan hanya bermimpi saja tanpa tindakan. Apa yang harus dilakukan untuk mencapainya. Pecah-pecah impian itu menjadi langkah-langkah kecil yang mamapu Anda lakukan. Lalu kerjakan setiap langkah itu sampai impian Anda mulai menjadi kenyataan.

Sebagai contoh, jika Anda ingin hidup setahun di Tuscany, Anda perlu cari informasi tentang aturan visa, informasi tentang akomodasi, mengaatur keuangan Anda dan mungkin bicara dengan bos tentang kemungkinan Anda pindah ke sana.

Impian-impian bisa jadi kenyataan. Yang harus Anda lakukan hanya memadukan semua aspirasi ini dengan beberapa tindakan nyata. Seperti kata Joel Barker, direktur Infinity Ltd, “Visi tanpa aksi hanyalah mimpi. Aksi tanpa visi hanya sekedar aktivitas. Visi dipadukan dengan aksi bisa mengubah dunia.”

7. Menari seperti tidak ditontoni orang
Ketika masih kecil, saya sering menari di sekitar rumah. Saat ABBA terkenal, saya berjingkrak-jingkrak, pura-pura jadi Agnetha. Ketika film Flashdance jadi terkenal, saya langsung membeli sepatu dansa. Saya bahkan menari di tengah kegelapan dengan iringan lagu Bruce Springsteen, ketika lagunya Born in the USA menempati posisi pertama.

Saat saya makin besar, ibu saya yang biasanya bertepuk tangan dan menyanyi bersama saya mulai menertawai saya sambil berkata, “Kamu bukan anak kecil lagi. Kayak orang bodoh saja,” atau “Tunggu sampai ayahmu melihat putrinya yang sinting.”

Jadi saya berhenti menari, tapi masih mendengarkan musik dan memendam semua keinginan saya untuk menari. Saya berpikir, saya memang makin besar, saya harus tampak lebih bisa dihargai, kalau tidak, orang lain bisa berpikir macam-macam tentang saya. Tiba-tiba saya sadar, betapa banyak orang yang bertanya-tanya pada diri sendiri tentang apa yang akan dipikirkan orang lain tentang kita. Yang lalu membuat kita berhenti mengejar sesuatu yang benar-benar ingin kita lakukan karena takut dikira gila, tidak matang, atau dianggap bodoh.

Rasa takut ini menahan langkah Merry mengejar impian-impiannya. “Saya seorang pengacara. Tapi sudah sejak lama saya ingin mendalami aromatherapy dan belajar memijat. Semua teman saya adalah profesional dan saya takut mereka memperolok-olok ketertarikan saya tentang terapi alami. Saya perlu waktu setahun penuh untuk memberitahu orang-orang tentang keinginan alih profesi. Tapi, diluar dugaan, ternyata semua orang memberikan dukungan.

“Saya bodoh, menghabiskan waktu untuk mencemaskan pendapat orang lain. Bagaimanapun, ini adalah hidup saya, bukan hidup mereka. Sekarang, saya jauh lebih mencintai hidup saya dibanding sebelumnya. Coba saya melakukannya lebih awal.”

Seorang teman mengirimi saya kutipan ini, “Bekerja seakan Anda tidak dibayar, mencintai seakan Anda tak akan disakiti, dan…. berdansalah seakan tak seorang pun yang melihat.”

Saya menempelkan kutipan ini pada cermin meja rias saya. Anda tidak percaya dan ingin melihatnya? Kemungkinan Anda harus lama mengetuk pintu kamaar saya karena musik saya terlalu keras sehingga saya tidak mendengar ketukan Anda. Mengapa Anda tidak mencoba melakukan hal yang sama?

0 komentar:

Posting Komentar

OJO n rasaH macem"

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms